3/30/2015
Sadar. Bersama bukan berarti tau segalanya. Tau duluan. Tau sendiri. Hingga menciptakan salah paham. Kadang sekedar bertanya tak lagi jadi sekedar. Masalah takut menimbulkan masalah baru. Aku sibuk, kita sibuk, jangan saling membebani. Karena rasa tak terasa menyiksa ucap. Karena pikir tak terpikirkan untuk berpikir baik. Kenapa maaf harus terdengar lagi? Selalu ada yang salah untuk percaya. Selalu takut untuk percaya. Selalu berpikir untuk percaya. Cerita tak mungkin sama, bukan? Tak ada yang bisa menyamaratakan pelajaran. Bercerita rahasia, jangan jadikan rahasia lagi. Semakin jauh semakin rapuh. Semakin rapuh semakin jatuh. Semakin jatuh semakin runtuh. Jangan hapuskan setitikpun rasa ini, jangan. Jangan turunkan kepercayaan ini.
3/22/2015
Lupa terus
Seperti kabut, pagi datang, siang pergi. Seperti bayang, pagi tak nampak, siang mengikuti, malam sembunyi. Aku lupa bagaimana bahagia datang dan tega pergi. Aku lupa bagaimana hari memunculkan dan mengubur tawa seketika. Aku lupa, jam sendiri menenggelamkan kita. Hingga lupa mengucapkan selamat malam dan selamat tidur. Pun cita membuat kita lupa. Siapa yang menunggu, apakah ada yang menunggu. Lalu lupa untuk peduli.
3/12/2015
Mengetahui apa aku, tak perlu memaksa. Mengerti bagaimana kamu, bagaimana bahagiamu, tak perlu ku rekayasa. Pengorbanan tak pernah mencapai cukup. Karena waktu tak dapat ditunda. Karena jarak tak boleh disalahkan. Kubisikkan pesan angin padamu, makin jauh makin rapuh, makin rasa binasa, makin kecewa mendewa, makin aku menunggu. Kapan aku jadi bahagiamu?
Teman.
Tempat berbagi bahagia ketika keadaan menstimulasi duka. Tempat lempar tawa ketika mata melempar tangis. Tempat seru ketika hari mendadak biru. Tempat suka untuk waktu yang tak biasa. Maaf untuk tekukan wajah hari ini. Tertawalah saja bersamaku. Terlalu banyak masalah di hidup kita. Kita nikmati bersama lewat canda.
3/10/2015
Setitik asa dipelupuk mata. Aku saja yang tau. Aku saja yang merasa. Lelah sahabatku. Kawan berbagi itu dimana. Sendiri saja selalu. Hanya suka dapat dirasa. Sedih pelukku saja. Saat seperti ini, bukan aku. Bukan. Bukan yang memberi gemerlap. Malah cinta memelukku sendiri. Tapi aku tak bisa sendiri. Tidak bisa.
titik awal revolusi katanya
Ada sedikit cambukan kecil yang mampu merubah kamu. Sedikit kata-kata penuh doa. Sedikit kejutan yang berarti besar. Tuhan memberimu hidup, orang tua, saudara, pendamping, teman, dan umur untuk kamu syukuri kehadiran mereka. Sudahkah?
Selamat ulang tahun, teman tua bersama. Selamat ulang tahun, yang sedang dipersiapkan Tuhan. Selamat ulang tahun, sumber bahagia. Selamat ulang tahun, pria dewasa. Selamat ulang tahun, sahabat. Selamat ulang tahun, masa depan. Selamat ulang tahun, kekasih. Selamat ulang tahun, pusat refleks. Selamat ulang tahun, orang sukses.
Berdoalah lebih banyak daripada kemarin, berusaha lebih keras daripada kemarin, berpikir positif lebih sering daripada kemarin, beribadah lebih giat daripada kemarin, belajar lebih serius daripada kemarin.
Selamat ulang tahun, segalaku ❤
Selamat ulang tahun, teman tua bersama. Selamat ulang tahun, yang sedang dipersiapkan Tuhan. Selamat ulang tahun, sumber bahagia. Selamat ulang tahun, pria dewasa. Selamat ulang tahun, sahabat. Selamat ulang tahun, masa depan. Selamat ulang tahun, kekasih. Selamat ulang tahun, pusat refleks. Selamat ulang tahun, orang sukses.
Berdoalah lebih banyak daripada kemarin, berusaha lebih keras daripada kemarin, berpikir positif lebih sering daripada kemarin, beribadah lebih giat daripada kemarin, belajar lebih serius daripada kemarin.
Selamat ulang tahun, segalaku ❤
3/02/2015
2/22/2015
Untuk segala keindahan yang tak putus aku syukuri. Dalam pedih pilu, dalam tawa cinta, dalam segala bentuk emosi penguasa hati. Untuk setiap jangka jarak dan waktu yang katanya membatasi langkah. Terima kasih. Untuk berusaha berdiri lebih tegak. Untuk mengusahakan sandaran yang ternyaman. Untuk merencanakan langkah lebih tajam. Untuk yakin bahwa aku nyata, kamu nyata, dan kita hidup di dunia yang sangat nyata. Sungguh, terima kasih.
Bismillah
Setidaknya berpikir adalah hal utama, berencana adalah langkah, ridho Alloh adalah tujuan. Maka jangan biarkan harapan karam, jangan biarkan semangat pupus, jangan biarkan aku bertumpu pada selain kemampuanku, Ya Alloh.
2/15/2015
Maaf
Ketika belenggu menutup mataku, aku masih bisa merasakanmu. Ketika curiga mematikan rasaku, aku masih bisa mengucap namamu. Ketika beku melumpuhkan ragaku, aku masih bisa memikirkanmu. Ketika negatif menguasai auraku, aku masih bisa menyembunyikanmu. Aku mencintaimu dengan berbagai cara, membencimu dengan berbagai alasan. Tapi aku bersamamu atas dukungan Alloh. Aku tersakiti karena Alloh. Aku bahagia karena Alloh. Maaf untuk sikap yang tidak pantas. Jangan bilang aku kurang syukur. Alloh menyuruhku mencintaimu dalam bentuk syukur. Terlalu banyak rasa, terlalu dalam cinta, terlalu besar rindu. Sulit ku kendalikan. Maaf.
Jadi, kenapa harus peduli ketika hanya kamu yang peduli? Kenapa harus menunggu kalau yang kamu harapkan tak menghargai penantianmu? Mungkin kamu harus lebih santai. Mungkin kamu harus lebih tidak peduli. Mungkin kamu harus lebih egois lagi. Atau mungkin kamu buang saja rasamu jauh-jauh, kalau hal sepele saja tidak pernah diperbaiki. Kalau hal yang "bukan apa-apa" saja memang dianggap bukan apa-apa. Kalau kamu kelelahan menunggu, kalau penantianmu bukan apa-apa, kalau sabar sudah dirusak kesabaran sendiri. Untuk apa lagi kamu menjawab pertanyaan "apa yang harus aku lakukan?".
2/13/2015
Jarak
Sekarang aku benci jarak. Jarak berdusta. Jarak mencipta pemikiran negatif. Jarak semena-mena. Jarak tidak menguatkan aku lagi. Jarak yang aku benci mencipta kebencian lain. Jarak menyiksaku. Jarak kejam. Jarak tidak merasa. Jarak palsu. Jarak melemahkan rasa yang kuat, mengeraskan hati yang lunak. Jarak anti. Jarak memisahkan raga. Jarak menguji. Aku terlalu siap diuji, hingga hampir tak acuh. Takut mati rasa. Takut lupa kalau sudah lupa. Takut bahagia redup.
2/06/2015
1/30/2015
lakrimalis
Tidak enak hati, terlalu cemas, terlihat posesif. Maaf, aku hanya merasa waktuku tak banyak lagi disini. Rindu cepat bereplikasi bagai virus. Tubuhku sedang tidak kuat sepertinya. Mungkin sedang musim hujan, cuaca ekstrim.
kamu dimana?
kamu dimana?
Salah
Siapa? Jarak? Oh bukan. Waktu? Tidak juga. Kamu? Tidak mungkin anugerah disalahkan. Aku? Mungkin saja. Ego?
Langganan:
Postingan (Atom)