jangan pernah tanyakan mengapa. karena ranting yang patah tak pernah bermaksud mengecewakan daun yang rapuh. bunga dandelion tak pernah ingin anak-anaknya tertiup angin. meninggalkannya sebatang, sendiri, mati. jangan pernah tanyakan apa yang terjadi. saat kau kira aku jadi seperti ini, aku hanya belajar. belajar menghargaimu, lingkunganmu, waktumu, segala acuanmu yang sekarang sama sekali tak kupahami, tapi tetap kuhargai. lagi-lagi aku mengeluh tak mengerti dengan hidup yang kini seakan bergerak di dua sisi. satu, aku syukuri. dua, tak aku inginkan. jika mampu, aku ingin kembali dulu. meluruskan, membentuk suatu pemikiran dewasa yang akan terealisasi beberapa tahun lagi, yaitu sekarang. lagi-lagi aku ingin kembali. lagi-lagi aku berpikir bahwa aku yang paling bisa, bisa segalanya. lagi-lagi, aku tak punya banyak opsi. maksudku, aku benar-benar tak punya opsi. karena kembali itu bukan jalan, kembali hanya ada pada wishing wheel dengan generator, tapi tanpa jarum. mungkin akan berhenti, namun entah kapan. sampai kapan pula aku harus tiba-tiba ingin kembali. jika Pencipta, Pembentuk-rasa, Pendengar, sedang melihatku sekarang, aku tahu Ia sedang melihatku sekarang. kumohon biarkanlah aku tetap berlari. beri aku kekuatan untuk tak lelah, berhenti, istirahat, menengok ke belakang lagi, berpikir bodoh lagi. kumohon biarkanlah aku menikmati masaku, begitu pula dengan kebahagiaannya. biarkanlah terus mengalir bagai air-Mu yang tak pernah surut. aku yakinkan bahwa aku bahagia. aku yakinkan bahwa aku bisa berlari, hanya dengan kekuatan-Mu. jangan biarkan aku kembali, kumohon. jangan biarkan aku mengganggu setitikpun dari memorinya yang kosong. jangan biarkan matanya menghantui pandanganku lagi. biarkanlah aku menyongsong detikku hingga aku terima apa yang sedang Kau persiapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
leave your comment, please