3/10/2013

bercerita

Tuhan, aku sedang berjalan. Tiba-tiba ada yang menyentuhku dari belakang. Apa itu malaikatmu? Tapi mengapa begitu abstrak?
Aku berjalan lagi. Tiba-tiba ada yang menyentuhku. Tepat di telapak tanganku. Apa itu malaikatmu? Rasanya begitu hangat, menenangkan. Nyaman, hingga aku berhenti. Dan saat itu juga, menghilang.
Aku mulai berjalan lagi. Dingin. Berjalan, berjalan, berlari. Saat ini aku mencari sentuhan yang mengejutkan itu. Tuhan, bukankah itu malaikatmu? Kirim kembali, kumohon.
Aku tak mendengar bisikkan-Nya. Sementara doaku masih sama. Aku pada Tuhanku. Aku tentang kau pada Tuhanku.

3/09/2013

lelah bukan menyerah

Belenggu. Ya, ini. Yang seperti ini. Terbelenggu hanya pada satu.
Apa namanya? Cinta? Mungkin. Aku tak bisa memastikan karena sesungguhnya aku tak merasakan. Tak peka lagi. Iyakah?
Aku lelah pada kenyataan. Aku lelah dengan semua kekosongan yang perlahan mulai terisi, tak penuh. Aku lelah menunggu apa yang tak harus aku tunggu. Demi Tuhan, aku tak paham dengan kenyataan. Hanya berjalan pada nafas dan belenggu. Kau, lagi. Aku lelah.
Aku tak mengerti. Kepada siapa hati ini bertaut. Kamu, kau, dia? Kalian sama. Sama-sama tak mengerti kenyataan. Aku pada jalanku, dan kau pada bahagiamu. Aku pada setapak yang tegak lurus, kau pada karpet merah yang penuh pencapaian. Apa namanya? Cinta? Bukan, aku menyerah.
Bukankah hati tak bisa dipaksakan? Bukankah cinta datang saat kau tak memintanya? Bukankah, bukankah aku tak ada disitu? Lalu apa yang kupikirkan? Apa namanya? Kenyataan? Ya, dan aku lelah, tapi sungguh tak ingin menyerah. Cinta tak pernah lelah bukan?

3/08/2013

untuk rasa

Selamat datang, rasa.
Kupersembahkan kekosongan ini, kutautkan pada takdir yang kau bawa.
Kupijakkan pada ranting yang melapuk.
Luka ini membuat suka lama bergerak. Meniti satu demi satu rasa yang seperti kau.
Menyiksa, tak menyiksa. Sama sekali tidak.
Aku ingat, ada yang pernah kau pinjam. Bahagiaku yang belum kau kembalikan.
Tapi aku ingat, jaminanku adalah dia yang bahagia. Aku pahami itu. Dia bahagia. Dan aku takkan meminta.
selamat datang, rasa.
Dia, yang entah siapa, kau sedang bersamanya, kan?
Dan kau menyentuhku tiba-tiba, kan?
Dan kau membiarkan aku pada dia, yang entah siapa.
Aku sedang mengalun. Kau tak tahu saja, rasa. Terlalu indah untuk ku jadikan jaminan.
Tapi bukan maksudku mengusirmu. Kisah ini tak berawal, bukan? Maka tak perlu ada akhir.
Pergi saja, aku tak pernah tahu kau ada.
Aku tak pernah tahu dia, yang entah siapa, pernah menyentuhku, disini, didalam, di tempat yang sakit. Anggap saja, aku tak pernah tahu.
Selamat tinggal, rasa. Sampai jumpa di kisah awal tanpa akhir.

jika

katakan. jika hatimu berkata "iya" pada ribuan fatamorgana. memanjakan hati yang kosong, menatap jalan yang sesak. membunuh asa perlahan. meng-abu-kan suka yang semula pelangi. abu, debu. tertiup, tersungkur, tak hinggap. kau alam, dan aku canda. kau diam, dan aku lelap. sama dalam perbedaan yang hanya kita, mungkin aku yang tahu. semesta berkata, aku terpaku. dan kau adalah semesta, aku adalah pemuja. kusyukuri rasa, padamu. kunikmati tawa tentangmu, tak bersamamu. kau adalah alam yang tertutup hitamnya malam, dan aku adalah daun beringin. tak berniat meniup, hanya ingin menaungi. cerita yang tak pernah berawal, namun berakhir.

3/06/2013

3/05/2013

jam yang tepat

menunggu adalah kebiasaan. tetapi bukan berarti menunggu adalah jalan terakhir. setiap penantian pasti memiliki akhir. entah itu menyenangkan atau tidak. yang jelas, apapun akhir itu, terimalah, syukurilah.
ketika aku berpikir untuk mencari waktu di suasana yang baru, terbersit rasa untuk meninggalkan dunia biasa ini meski hanya satu hari. aku ingin beralih. beralih ke dunia aneh yang baru aku temui. keluar kota misalnya, atau keluar pulau. sudah terlalu sumpek dan penat berada di kebiasaan anehku ini. profesionalitas profesi ini membuat aku sedikit muak dan kadang ingin berhenti. kadang juga aku berpikir untuk memiliki seorang petugas ronda malam. supaya saat aku harus tidak tidur untuk mengerjakan tuntutan, ada yang menjagaku. minimal menemani. tapi sulit. aku tetap berusaha menikmati hakikat ini. berusaha mencari jam yang tepat untuk berleha-leha tanpa mengabaikan segala kewajiban yang ada. live your life! and get some vacation when you have a time.

3/03/2013

lagi-lagi

kisah yang tak pernah menemukan keajaibannya. mungkin belum, entahlah. rasanya ia tak pernah bisa menelusuri jalan yang ia buat sendiri. tak tahu terbuat dari apa, tak ada yang pernah setuju. sempat putus asa dan menyerah dengan keadaan. saat semua mendorong, ia tak bergeming, karena tak ada lain yang bergeming. ketika ia menyerah, banyak yang berkata "teruskan". sementara yang lain tetap tak bergeming. dalam diam ia berpikir, "apa yang harus dilakukan?" dan "apa yang akan terjadi?". dan muncullah ide untuk pergi. entah kemana lagi, yang jelas tak terlihat. oleh yang lain. mungkin kini pun ia tak terlihat. hanya saja sugesti yang tak ikut patah. tetap pada target. titik pertemuan dua kebutuhan. namun yang lain, masih tak bergeming.

3/02/2013

menyesalversusmerindu

bukan menjadi sebuah penyesalan jika kita pernah menikmati suatu hari yang sekarang kita rindukan. bukan menjadi sebuah penyesalan jika tidak ada lagi celah untuk menjadi seseorang bagi orang yang kita butuhkan. semua ini hanya realita. hanya catatan kecil yang akan terbaca suatu saat di masa depan. dan kita akan tersenyum bahagia karena dulu kita pernah merasa bahagia. bahagia yang sederhana. bahagia yang menggantung. bahagia yang hanya kita yang tau. bahagia karena sekarang bahagia kita telah bahagia. jika kita mau menyelami apa yang kita inginkan, maka kita akan tau apa yang sebenarnya kita butuhkan. hari ini, yang besoknya akan kita lupakan. meski terjadi, mungkin akan disesali di kemudian hari. tapi yang harus dilakukan adalah berusaha tidak menyesali masa lalu. merindu itu sah. tapi rindukanlah kebahagiaannya, bukan kesakitannya. karena kenangan indah itu akan tetap membahagiakan sampai kapanpun. pelajarilah pengalaman, karena ia akan mendidik kita menjadi pengajar di pengalaman-pengalaman lain.

MHK, Mahasiswa Haus Kasur

belakangan ini, aku sering banget numpuk tugas. atau tugas numpuk? entahlah pokoknya semua tugas-tugas itu bikin harus begadang. waktu tidur aku jadi bervariasi. kadang jam 1 malam, jam 2 malam, bahkan jam 4 pagi. sedangkan kuliah mulai jam 7 pagi. dan rasanya itu seperti meluncur bareng paus akrobatik [?]
sekarang udah semester dua tapi tetep gak bisa ngatur waktu. masih aja keteteran. masih aja malas menghantui, malah membayangi. gak sadar-sadar gitu ya kesannya.
dua minggu lagi aku ujian Osteologi. mohon doanya ya!